ANTARA SAWARNA DAN HARAPAN
Tidak dipungkiri lagi, sawarna
tengah menjadi magnet bagi para pecinta traveling, bisa di lihat dari animo kunjungan perminggunya, tentu saja ini menjadi salah satu
income/pendapatan bagi pemerintahan desa,
dan juga masyarakat sekitar. Bisa kita temui kios-kios semakin meramaikan tepian pesisir pantai, siapa sangka dulunya Sawarna hanya sebuah
desa yang terpencil, jauh dari keramaian,
dengan kemajemukan masyarakat dulu bertani dan nelayan, kini sawarna telah jadi kiblatnya pecinta
wisata, masyarakatpun seakan tertimpa runtuhan buah duren, peluang mengais
rizki semakin terbuka, dari kios hingga villa mereka dirikan untuk mengakomodasi
luapan wisatawan yang datang,
tentu saja bukan tidak pula menyebabkan akibat lain, banyak sampah sisa pengunjung menyesakan, juga begitu
tendentif sekali cara “masyarakat
memperkaya diri sendiri” tanpa
mengindahkan akibat lain, penulis sering menyampaikan dalam ruang publik, bahwa
lebih baik “1 sent perhari” daripada “10 sent sehari”
penulis sekaligus promotor wisata sawarna(pendiri komunitas
terbesar wisata sawarna ini), mengadakan survei,di mulai tanggal 04 desember
2014 sampai 05 januari 2015 dan dari 100
orang wisatawan hanya 5% yang pernah kesawarna melebihi 1 kali,
dari data berikut ada dua kemungkinan, Sangat tinggi nya jumlah wisatawan baru ke
sawarna
2.
Atau adanya rasa kapok bagi pengunjung yang
telah datang ke sawarna
Semua kemungkinan bisa terjadi, sangat bersyukur jika memang
dalam survei tersebut memang benar point pertama,
Tapi bagaimana jika ternyata kemungkinan survei yang kedua
yang tengah terjadi ??...
Di sinilah wisata Sawarna semakin di uji kematangannya dalam
mengelola pariwisata terbaik provinsi banten ini,
adalah sangat mungkin sawarna menjadi wisata penuh sampah, dan sangat mungkin
pula, sawarna menjadi salah satu contoh per pariwisataan indonesia, jika
segalanya terkelola dengan baik,.
Seperti Tersedianya tong sampah yang memadai, termasuk
banyaknya unit tong sampah,
Tugas pengelola wisata adalah memberikan pengertian kepada setiap
penjaja/pedagang untuk tetap menjaga kebersihan, memberikan effek jera kepada pembuang sampah
ataupun kepada pelanggar peraturan lain, seperti parkir di bahu jalan, denda kisaran 500rb -1jta rupiah, di buat billboard /spanduk(sejenisnya) tuliskan
juga kisaran dendanya,
Lalu sangat penting juga pelaksanaan nya, dimana
masyarakat di tuntut menjadi pengawas dan pelaku tata kelola, berikan juga
reward kepada masyarakat yang berani melaporkan si pelanggar peraturan, bila
perlu berikan juga perlindungan(payung hukum) kepada pelapor,
penulis meyakini bahwa jika segala unsur dari peraturan di ikuti dengan penuh
kesadaran oleh lapisan masyarakat, tentu ini akan menjadi price priority, jalan
besar bagi terbukanya wisatawan yang lebih masif lagi,
Post a Comment
Budayakan berkomentar dengan Baik !